Pernahkah
Kompasianer kehilangan kunci pintu rumah atau kantor ? Sedih, resah dan
panik tentu. Saya pernah mengalaminya. Kejadiannya kemarin. Sehabis
mengajar di bimbel kota sebelah dan pulang kerumah, saya terburu-buru
menyiapkan makan malam. Saya senang menjadwal rutinitas anak-anak. Makan malam, pukul 18.00 teng ! Saking kesikutnya (kesusu), kunci di kaos terjatuh.
Setengah
jam kemudian, saya tak bisa menemukannya lagi. Perasaan sudah saya
ambil dan taruh di meja. Atau ada yang mengambil ? Usai menidurkan
anak-anak pukul 20.00, saya mencari lagi. Tidak juga ketemu ! Huuuuuh.
Ternyata,
pagi ini, Jumat, 10 Juni 2013, suami saya telah berhasil membukanya.
Ohhhh … tukang kunci dadakan itu mencari tahu di youtube « Bagaimana cara membuka pintu tanpa kunci dengan gagang atau telinga ember ». That’s what husband for ….
Mengapa ibu mengunci gudang makanan ?
Hari
ini, usai membantu program Afrika selama dua jam di SD setempat, saya
ikut suami ke pameran alat kedokteran di pusat kota. Satu jam kemudian,
kami ke alun-alun kota. Ada Wochenmarkt disana, banyak penjual buah, sayuran dan bahan makanan bio lainnya disana.
Disana,
kami bertemu kompasianer Eberle dan kompasianer Cici (dan tentunya mbak
Anik dan si kembar). Mereka menanyakan mengapa pesan tidak dibalas
segera, kemarin. Saya jelaskan tentang kehilangan kunci, sedang bingung.
« Ohhhh … sudah jadi nenek-nenek, lupa ! » seru mereka ini.
Arggghhh … barangkali memang saya sudah mulai menua.
Setiba dirumah. Saya cari lagi kunci dan mengingat detik-detik terakhir saya mengunci Speisekammer
alias gudang makanan. Warung kecil itu memang sengaja saya kunci.
Pertama agar suami saya diet (hehe), kedua agar anak-anak tidak
sembarangan memakan coklat, gula-gula, snack (sebelum waktu 3 kali
makan/hari) dan makanan-minuman yang memang bukan konsumsi anak-anak
(alkohol/soda/pedas).
Suami
saya mengatakan bahwa saya mirip ayahnya, suka mengunci semua pintu
demi keamanan. Termasuk warung rumahan yang dimiliki setiap orang Jerman
(Speisekammer) ini.
Senang
bahwa anak-anak bisa menerima aturan terkuncinya gudang setiap hari.
Awalnya susah tapi setelah mengetahui alasan dan manfaatnya, mereka
mengikuti. Saya tak suka kalau waktu makan mereka sudah kekenyangan dari
mengambil permen atau snack dari gudang. Atau ketika mereka memakan
coklat atau chips, bungkusnya kosong tapi berada di dalam Speisekammer ! Untung
di Jerman semut hanya mengerumuni remahan makanan/minuman jatuh pada
musim yang panas sekali. Mungkin kalau musim dingin, sungut-e pilek.
Cara membuka pintu tanpa kunci
Nah
karena sudah sedari kemarin malam sampai tadi pagi pukul 10.00 pintu
gudang makanan/minuman tidak bisa dibuka. Suami saya sudah mencari cara
membukanya tanpa memanggil tukang kunci yang ada dipusat pertokoan di
kota. Iapun mencari di youtube. Haha … apa sih yang tidak mungkin dari
dunia maya?
Disana
ada video bagaimana cara membuka pintu yang kuncinya tidak ketemu atau
hilang. Yakni, dengan memakai gagang metal dari ember plastik atau
aluminium. Salah satu ujungnya ditekuk sebagai ruang tangan untuk
memegangnya, saat memasukkan ujung yang lain didalam lubang kunci.
Setelah
diputar-putar, pintu benar-benar terbuka. Arghhhh … suami saya bakat
jadi pencongkel atau tukang kuncikah???? Haha … yang penting gudang
makanan/minuman kami sudah bisa terbuka lagi.
Cara lain
adalah dengan mengaitkan gagang metal panjang diantara pintu dan
kerangka pintu untuk menekan tonjolan masuk kedalam tak ubahnya kunci
yang memutarnya.
“Horeeeeeee … kita tidak akan kelaparan“ Seru si ragil. Hushhhhh, ya enggak lah, Ndhukkk … Mosok kelaparan. Wong di kulkas dapur masih banyak makanan yang bisa diolah untuk sehari-hari sampai seminggu.
***
Saya
ingat film-film Hollywood cara detektif atau bandit membuka pintu
dengan kartu atau hanya satu batang metal. Saya kira itu fantasi.
Setelah mengalami hari ini, saya jadi mengangguk. Aneh tapi nyata;
membuka sebuah pintu tanpa kunci.
OK.
Jika Kompasianer sedang terkena musibah seperti saya (kehilangan kunci
baik di kantor atau rumah, dengan catatan pintu adalah model klasik
bukan modern), cobalah mencari gagang metal ember dan ditekuk salah satu
ujungnya. Untuk lebih lanjut silahkan mencari linknya di internet
(waktu itu suami saya mencari yang versi Jerman dengan kata kunci Türen=pintu, ohne= tanpa, Schlüssel=kunci, öffnen=membuka).
Pesan
saya, jangan diajarkan ke anak-anak kecil karena saya khawatir akan
dipergunakan tidak sebagaimana mestinya. Ini hanya sebuah emergency care ala rumahan. (G76).
P.s:
Dan pagi ini, ingatan sayapun berangsur-angsur kembali, bahwa kunci
yang jatuh itu … tidak saya ambil langsung saking repotnya mengurusi
makanan dan anak-anak. Saya merogoh bawah kulkas yang sempit dengan
hati-hati takut kesetrum. Ada yang nyangkut. Ooooalah .. kamu disana, tho, kunciiiiiiii! Alhamdulillah.
0 komentar:
Posting Komentar